Konohagakure,sebuah desa yang didirikan dengan peluh dan
cucuran keringat yang membanjiri dahi, leher, serta ketek Hokage Pertama .Desa yang paling maju dari semua nin-village di Negara Hi.
Shinobi dan kunoichinya telah mengenal apa yang disebut dengan wireless,
tapi entah mengapa sampai sekarang mereka tidak tahu apa itu e-mail,
handphone, apalagi Facebook dan Twitter. Katrok.
Di sinilah Itachi Uchiha, salah satu shinobi paling berbakat di dunia
ke-Naruto-an lahir. Itachi, yang nantinya bergabung ke organisasi ninja
pelarian kere paling yahud sedunia, memang pantas dijuluki sebagai Kakek
Perkasa. Itachi bisa segalanya.
Lempar kunai dan shuriken? Ah, keciiil. Amaterasu? Gampang! Itachi
terinspirasi untuk membuat jurus amaterasu setelah melihat kompor minyak tanah yang meledak.
Mangekyou? Jangankan Mang-eko Sang Tukang Ledeng, Mang-joko Si Penjaja
Sapu pun, semuanya bisa Itachi perankan. Itachi memang top, deh! Two
thumbs up for him! d^^b
Janin
Seorang bayi berusia 9 bulan yang masih di dalam perut telah dapat
mendengar suara-suara di sekitarnya, termasuk Itachi. Itachi, setiap
hari mendengar omelan Mikoto ke Fugaku. Baik pagi, siang, sore, bahkan
saat petugas ronda malam berkeliling, Mikoto tetap saja mengomel.
"Fugaku! Kamu ini, bukannya kerja nyari genteng yang bisa diperbaiki,
eh, malah asyik-asyikan main salon-salonan sama anak tetangga! Sadar
diri dong, kamu tuh udah tua tahu!" Fugaku mencueki Mikoto. Kalau sudah
begini, Fugaku hanya menyodorkan benda kesukaan Mikoto: Make Up.
"Kyaaa! Make up!" Mikoto jejeritan. Dengan buas, Mikoto menyambar box
coklat muda itu dari tangan Fugaku dan langsung ngacir ke kamar.
Sedangkan Fugaku kembali menekuni permainannya, "Nah, Karin-chan,
sekarang, rambutnya Om creambath ya..."
Seorang gadis kecil dengan ingus berwarna hijau yang meler ke mana-mana,
berambut merah, dan berkacamata norak menjawab, "Ote, cekalang Om
Pugaku klimbatin Kalin ya."
Sementara itu, Mikoto duduk di depan cermin riasnya. Tangannya sibuk
membongkar isi box. "Mana? Mana?" racaunya. Ketika telah menemukan apa
yang ia cari, Mikoto nyengir kuda sumbawa, "Ini dia... Krim Olei, mampu
melawan tujuh tanda penuaan!" Mikoto mengoleskan sedikit ke sudut
matanya. "Pertama, keriput." Dengan gaya bak seorang perias profesional,
Mikoto ngoles-ngolesin krim tersebut ke mukanya.
Itachi dalam perut Mikoto mendengar semuanya. Keriput? batin Itachi.
Perasaan setiap hari Kaa-san nyebut-nyebut keriput deh, apaan sih itu
keriput?
Seolah mengetahui pikiran Itachi, Mikoto mengelus-elus perutnya yang membuncit. "Anakku, kamu tahu nggak apa itu keriput?"
Nggak, Kaa-san...
"Keriput tuh, tanda seseorang kalau udah dewasa. Ada garis-garis gitu
deh. Kalo cowok, dia nggak gitu peduli sama yang namanya keriput. Tapi,
kalau cewek, dia paaaaling anti sama keriput. Nah, Kaa-san kan cewek,
makanya Kaa-san benci keriput," jelas Mikoto. "Anakku, kalau USG bulan
lalu bener, kamu kan laki-laki. Kira-kira kamu suka nggak ya sama
keriput?"
Lho? Aku cowok ya? Itachi melihat ke 'bawah' untuk memastikan. Oh iya
bener, aku cowok. Kalo gitu, aku mau ah punya keriput! Semoga nanti
kalau aku lahir, aku punya keriput deh. Kayaknya cowok kalau punya
keriput tuh keren.
Dewa Jashin di atas kandang ayam pun mengaminkan doa Itachi.
Seminggu setelah harapan Itachi terucap, Mikoto hendak melahirkan. Sesampainya di bidan Shizune, Mikoto sudah pembukaan empat.
"Iya, Bu! Bener gitu! Dikit lagi anaknya keluar!" ujar Shizune.
"Ngggh! Ngggh!" Mikoto ngeden entah yang keberapakalinya. "Su.. sudah belom? Capek nih!"
"Sedikit lagi, yak, yak, itu kepalanya udah keluar..." kata Shizune memberitahu.
"Eeenngh! Sakiit!" Mikoto terus berusaha mengeluarkan anak pertamanya. Dan Itachi pun lahir ke dunia.
"Huwe... Owe... Uaaa! Uaaaa!" Itachi menangis keras. Dari kisah-kisah sebelumnya, sepertinya ini tangis yang paling normal.
Shizune memandikan Itachi yang berlumuran darah sampai kinclong. "Ini
Bu, anaknya. Laki-laki. Sehat, ganteng lagi." Shizune dengan hati-hati
memberikan Itachi pada yang membutuhkan (emangnya BLT?).
"Iya, bener, ganteng!" Mikoto memeluk Itachi erat. Saking eratnya, muka
Itachi sampai ungu kehabisan napas. Mikoto mencium-ciumi pipi Itachi
yang begitu menggemaskan.
"Bu, boleh nggak saya cium juga anaknya?" tanya Shizune. Mikoto
mengangguk sedikit. Shizune menimang Itachi. Memeluknya. Mencium-cium
pipinya. "Anak Ibu ganteeeng! Kalo seumuran sama saya mah, udah saya
ajak kawin lari!" Shizune menepuk-nepuk pipi Itachi. "Aduh... kamu
ganteng abis deh! Wo ai ni... Eh, siapa namanya, Bu?"
"Eh? Siapa ya? Belum nyiapin nama tuh," kata Mikoto. Mikoto mencari-cari
nama yang pas untuk anaknya. Matanya melirik ke sana- ke mari mencari
inspirasi nama. Bola matanya tertumbuk pada sebuah kulkas bermerek
HITACHI. Mikoto menggumam, "Tuh kulkas mereknya Hitachi... Nama keren
gitu dipake buat kulkas. Hitachi... Bagus.. Kalau begitu nama anakku..."
"UCHIHA ITACHI!" seru Mikoto.
"Itachi?" ulang Shizune. "Bagus, Bu. Wo ai ni Itachi-kuun... Bu, anaknya saya bawa ke ruang bayi dulu ya..."
"Sip dah," ujar Mikoto pelan. "Saya juga mau tidur... Capek..." Dalam sekejap, Mikoto udah tumbang kelelahan.
Shizune menggendong Itachi ke Ruang Bayi di rumah sakit tempatnya
bekerja. Ketika tidak ada seorangpun yang melihat, Shizune mencium Bayi
Itachi.
"Itachi-kuun... Ai lop yu.. Meskipun cintaku nggak mungkin terbalas sama
anak kecil kayak kamu, tapi setidaknya aku udah ngambil ciuman
pertamamu. Muahahaha!" Shizune ketawa gaje.
Itulah Uchiha Itachi, seorang bayi yang telah mengalami penuaan dini.
Meskipun begitu, ketampanan dan keseksian Itachi tidak berkurang. Selalu
keren. Tidak salah, dalam survey Anggota Akatsuki Paling Jelek, Itachi
dapat urutan terakhir.
Genin
"Itachi, yuk ikut Kaa-san," ajak Mikoto. Itachi yang lagi main salon-salonan sama Fugaku bertanya, "Ke mana?"
"Dua minggu lagi kan kamu udah bisa masuk sekolah, jadi kita daftar dulu. Ayo!"
Itachi melepas masker jadi-jadiannya dan berlari menyusul Mikoto. "Ikuuuuut!"
Akademi Ninja adalah sekolah dimana calon-calon ninja alias genin
belajar menggunakan dan mengendalikan cakra juga jutsu mereka. Keluarga
Uchiha sudah turun temurun menjadi ninja, jadi hal yang sama juga
berlaku untuk Itachi. Ternyata, pagi itu Akademi sangat ramai oleh
ibu-ibu yang mendaftarkan anaknya. Itachi celingak-celinguk melihat
calon sekolahnya.
Ketika giliran Itachi dan Mikoto tiba, Kushina Uzumaki, salah satu
panitia penerimaan murid baru melayani mereka dengan ramah. Emang dasar
ibu-ibu ganjen, berkali-kali Kushina mengibaskan rambut merahnya yang
panjang ke arah Mikoto untuk pamer. Mikoto juga nggak mau kalah,
meskipun rambutnya nggak sepanjang Kushina, dia juga ikut-ikutan
mengibaskan rambut. Maka terjadilah adu kibas-kibasan rambut. Ingat
iklan sampo yang 'seorang ibu menjemput anaknya pulang sekolah, lalu
datanglah pencopet, dan ibu itu mengibaskan rambutnya untuk menghalau si
pencopet sampai pencopet terjungkal'? Nah, kira-kira situasinya seperti
itu.
Itachi memerhatikan ibunya dan Kushina saling mengibaskan rambut mereka
sambil berbicara. Hal ini terpatri sangat jelas di benak Itachi hingga
ia pun menirunya.
"Kushina-san, saya mau mendaftarkan anak saya," kata Mikoto sambil ngibasin rambut.
Kushina menyisir rambutnya dengan jari, "Oh, boleh. Siapa ya, namanya?"
"Namanya Uchiha Itachi," Mikoto menyisipkan sejumlah rambut ke belakang telinga.
"Anaknya di bawa nggak, Bu?" tanya Kushina sambil mengelus-ngelus rambutnya yang panjang abis.
Mikoto menarik Itachi, "Ini anak saya, Kushina-san."
"Apa?" Kushina terkejut. "Mikoto-san, bukankah Anda sudah membaca
syarat-syarat masuk Akademi Ninja? Di sana tertulis bahwa usia paling
tua untuk masuk Akademi adalah 13 tahun. Nah, ini, kenapa kakek-kakek
umur lima puluh tahunan gini didaftarin?"
Mikoto menggebrak meja sambil mengayunkan rambut dengan sengaja. "Enak aja kakek-kakek! Ini anak saya! Umurnya masih 6 tahun!"
"Benarkah?" Kushina ngibasin rambut. "Kalau begitu, maafkan saya,
Mikoto-san," kata Kushina sambil ojigi. Sengaja bungkuknya dalam-dalam
biar rambut merahnya makin terekspos.
Mikoto juga ikutan ojigi, "Nggak pa-pa."
Kushina berdiri, lalu beralih ke Itachi. "Maaf ya, Nak. Siapa namamu tadi, biar saya catat?" tanyanya ke Itachi.
Itachi terdiam lama. Meloading adegan perang rambut yang berkali-kali ia
lihat. Lalu, dengan senyum khasnya ia berkata, "Namaku Uchiha Itachi,
Kushina-san," Itachi ikutan mengibaskan rambut panjangnya lebay yang
nggak sempat dikuncir.
"Eh?" Mikoto dan Kushina terkejut mendengar suara laki-laki, jelas
karena itachi memang laki-laki. Tapi yang mengagetkan bukan itu. Itachi
mengibaskan rambutnya?
Mikoto mencoba meluruskan pikiran Itachi yang rada bengkok, "Itachi
sayang, ayo beri salam pada Kushina-san, kita mau pulang." Mikoto
berharap Itachi tak lagi memainkan rambutnya.
Itachi memilin rambutnya, "Baiklah, Kushina-san, aku dan Kaa-san pulang
dulu ya?" Itachi ngeloyor pergi meninggalkan Kushina dan Mikoto yang
melongo.
Itachi mendapatkan pelajaran berharga, yaitu berbicara dengan
mengibaskan rambut akan membuat orang lain menghormati kita. Itachi
merujuk pada adegan dimana Kushina dan Mikoto ngomong dengan tutur
bahasa sopan dan halus sambil megang-megang rambutnya.
Dalam perjalanan pulang, Itachi bertemu dengan Anko. "Hai, Anko," sapa
Itachi sambil ngibasin rambut. Anko bengong ngeliat Itachi ngibasin
rambutnya sambil ngeloyor pergi.
Setelah itu, ia bertemu Minato, suami Kushina. "Pagi, Om Minato," sapa
Itachi sambil menggerai rambutnya. Aroma sampo pun menguar dari sana.
Minato mengangkat alisnya sebelah, "Pagi, Itachi. Kenapa main-main rambut begitu?"
"Biar keren, Om," tukas Itachi. "Tadi aku lihat Kaa-san dan Kushina-san
juga ngomong sambil ngibasin rambut gini. Sudah dulu ya, Om. Jaa nee!"
Itachi kembali membuat rambutnya terbang.
Sekitar lima meter lagi Itachi sampai di rumahnya. Tiba-tiba Karin,
tetangga Itachi yang berusia lima tahun mencegatnya. "Eh, Itachi-nii mau
ke mana?"
"Ke rumah, Karin-chan," Itachi mengelus-elus rambutnya.
"Itachi-nii kok rambutnya digituin, kayak cewek deh," komentar Karin.
"Biar keren, Karin-chan. Orang keren berambut panjang selalu giniin
rambut!" Itachi nyisir rambut pake jarinya yang lentik. Biasa, kan di
rumah disalonin sama Fugaku, jadi kuku Itachi oke gitu. "Karin-chan
pasti nggak bisa gini kan rambutnya?" ledek Itachi sambil menyingkirkan
poninya ke belakang dengan gaya yang dibuat-buat.
"Bisa, kok!" kata Karin kesal diledek. Karin memang sering diganggu
Itachi, makanya dia jadi gampang kesal kalo diejek Itachi. "Lihat, nih!"
Karin membuka karet rambut hitamnya dan jreeeng... Tampaklah rambut
merah panjang. Itachi tak menduga rambut Karin sepanjang ini.
"Cih, baru panjang segitu aja bangga," ejek Itachi. "Lihat, aku bisa
gini nih." Itachi mengibaskan rambutnya ke kanan dan kiri berulang kali.
Karin nggak mau kalah, dia juga ngibasin rambut. Itachi merasa seperti
seorang pecundang dikalahkan Karin.
"Ih, bisa juga ya Karin-chan," ujar Itachi. "Nggak nyangka, deh."
"Iya, dong," kata Karin bangga. "Rambutku kan tiap hari dirawat,
creambath seminggu sekali, baby list dua minggu sekali, trus pake hair
iron tiap pagi. Makanya jadi kayak gini. Kalo rambut Itachi-nii,
kira-kira berkutu nggak ya?" Karin menatap penuh curiga ke rambut
Itachi.
"Mana mungkin rambutku berkutu!" sergah Itachi tak rela.
"Oh ya?" Karin mengeluarkan serit dari kotak mainannya. "Coba Itachi-nii nyisir pake serit ini! Sekali sisir aja."
Itachi menuruti Karin. Dengan mendecih untuk melecehkan Karin, ia pun
menyisir rambutnya dengan serit. Lalu memberikannya ke Karin. Karin
menghitung makhluk hidup yang terdapat di sana.
"Itachi-nii dapat lima kutu sekali sisir! Itachi-nii berkutu!" teriak
Karin. Beberapa orang di sekitar mereka melihat Itachi dengan jijik.
"Apa?" Itachi melihat lima ekor kutu yang menari-nari di serit. "Aku
berkutu? Tidaaaakkk!" jerit Itachi menahan malu. Itachi langsung
mengunci diri di kamarnya.
Hei, tunggu. Kenapa Karin bisa punya serit kutu? Apa Karin...? Wah, wah. Ada yang bisa menduga, readers?
Malam harinya...
"Kaa-san, beliin racun kutu buatku, dong," pinta Itachi. Mata Mikoto langsung membulat, "Itachi, kau berkutu?"
Itachi mengangguk lemah.
Chuunin
"Kita sambut, genin terbaik tahun ini, yang akan memperebutkan gelar Chuunin hari ini, Uchiha... Itachi!"
Wooo!
Plok plok plok!
Go, go, Itachi Uchiha!
Elo pasti menang! Garansi sembilan tahun kalo lo kalah!
Suara penonton menggema di stadion. Itachi melambaikan tangan layaknya ibu-ibu memanggil tukang sayur keliling.Eaaa... Itachi, keren habis hari ini dah!
Rambutnya yang panjang dia ikat pake karet gelang yang biasa Mikoto pake
buat bungkus soto. Kemarin, tuh rambut udah di-creambath plus dikasih
moisturizer. Halus deh. Kalo di tipi, sisir pun bakalan jatuh dengan
mudahnya. Apalagi kalo udah terkena sinar matahari. Berkilau! Cling...
cling... Awawaw, silau men!
Bajunya? Itachi pake kemeja lengan pendek ala Hawai, topi jerami,
sunglasses hitam gede, sendal jepit, celana boxer merah lope-lope,(nih orang mau kemana sih?) Lupakan keriput ciri khas Itachi,
satu hal yang patut diteriakkan saat ini: Itachi! You're Perfect!
"Dan lawannya, Bung Hiruzen Sarutobi, peternak kambing termahsyur di Konoha!" teriak Genma.
Hiruzen Sarutobi, si Hokage Ketiga masa depan, keluar dari toilet dan
segera menyambut fansnya. "Mbeek... Halo semua, Sarutobi is here. Kalo
ada yang mau kekahan atau nyari kurban buat Idul Adha, silahkan hubungi
saya di PT. Sarutobi Kambing Indah Jaya. Dengan 800.000 Anda bisa
mendapatkan seekor kambing untuk disembelih. Kambing-kambing saya
dijamin sehat, bebas penyakit. Setiap hari, kambing saya beri
multivitamin, serum, juga sayur tumis sisa. Salam kambing! Mbeeek..."
Semuanya langsung drop. Maklum aja deh, Bung Hiruzen ini kan peternak
kambing, jadi supaya klop dengan dagangannya ia juga sering
ber-embek-embek.
"Nah, sebelum kita mulai pertarungannya, bagaimana kalau kita
bincang-bincang dulu sejenak?" tanya Genma. "Uchiha Itachi, kau adalah
genin terbaik tahun ini. Sebenarnya, bagaimana keseharianmu di rumah?"
Itachi berpikir sejenak, "Yah... Keseharian saya biasa-biasa aja. Pagi,
maraton. Siang, ke salon. Sore, nonton cartoon, Malam, nonton sinetron.
Kadang saya membantu adik saya, Sasuke, menangkap ayam untuk dicabutin
bulunya buat dijadiin kemoceng. Uang yang didapat dari setiap misi saya tabung
untuk ke Orochimaru's Saloon setiap bulan. Saya suka treatment menipedi
dan lulurnya Orochi," jawab Itachi panjang lebar.
Tak disangka, cowok sekeren Itachi melakukan hal-hal yang biasa
dilakukan seorang wanita. Oh my goat. *Hiruzen: Apa ada yang
memanggil saya?*
"Sekarang, Hiruzen Sarutobi. Bagaimana dengan Anda?" tanya Genma.
Hiruzen menyalakan cangklongnya, "Fuuuh... (niup cangklong) Seperti
biasa, saya pagi-pagi bangun dan sarapan dengan gulai kambing. Lalu
memberi makan kambing-kambing saya dengan sayur tumis sisa kemarin.
Kambing-kambing saya mandikan pukul 10 dengan air ledeng plus sabun colek. Setiap pukul 4
sore, saya mengikuti kursus Bahasa Kambing dengan ternak saya.
Begitulah setiap hari."
Genma mengangguk. "Oke, cukup basa basinya. Ini adalah Hayate," Genma
menunjuk seorang laki-laki yang lagi minum obat batuk. "Hayate adalah
wasit kalian. Silahkan, Hayate."
Hayate mengambil alih, "Setelah saya katakan mulai, kalian akan
bertarung (ohok, ohok). Pertarungan akan saya hentikan kalau ada yang
menyerah, sekarat, atau mati (ohok). Sekarang, di sebelah kiri saya,
Itachi Uchiha..."
Tepuk tangan bergemuruh. Pandangan penonton langsung teralih ke seorang
pemuda tampan berbaju santai yang menyilangkan tangan di depan dada.
Keren. Kaum hawa, terutama nenek-nenek mengelu-elukan nama Itachi.
Semuanya pendukung Itachi.
"Itachi! I love you Bang!" jerit seorang gadis.
"Main ke kedai saya dong Itachi!" seru seorang ibu.
"Itachi! Pipa ledeng saya bocor!" teriak seorang nenek tua keriputan gaje.
"Itachi!"
"Itachi!"
Hayate meneruskan sebelum keadaan semakin ribut, "Dan di sebelah kanan saya, (ohok), Hiruzen Sarutobi...!"
Pandangan penonton beralih ke seekor kambing merokok. Tepuk tangan pendukung Bung Hiruzen tidak kalah riuhnya dengan Itachi.
"Mulai!"
Hiruzen mengeluarkan sebuah tongkat besar. "Kuchiyose no Jutsu!" Dan
seekor monyet keluar dari tongkatnya. "Ini adalah Kuchiyose-ku, sampai
saat ini, belum ada yang sanggup mengalahkannya! Bwahahaha!"
Itachi mengernyitkan dahi, "Kok monyet, bukan kambing?"
"Sekali-sekali variasi lah Nak. Lagian nggak ada Kuchiyose Kambing."
Itachi melemparkan tiga buah kunai ke kambing jadi-jadian tersebut. Si
Monyet segera menepis serangan Itachi. Tak menyerah, Itachi mencoba
mengeluarkan jurus elemen api khas Uchiha, "Katon: Goukakkyu no Jutsu!"
Bwuuush... (suara api tersembur dari mulut Itachi)
Pew pew... Seketika, Si Monyet gosong. Rambut putihnya rontok semua,
jadi bugil gitu deh. Seluruh penonton tertawa melihat kejadian tersebut.
Tak tahan dengan rasa malunya, Si Monyet berteriak ke Tuannya. "I'm
QUIT!" (Wah hebat ada monyet bisa berbahasa Inggris!) Dan Kuchiyose
tersebut langsung hilang dibalik kepulan asap.
"Kau! Kau menggosongkan Kuchiyoseku!" teriak Hiruzen marah. "Kukeluarkan
Kuchiyose keduaku!" Hiruzen memukulkan tangannya ke rumput,
"Kuchiyose!"
Bosh! Seekor kambing muncul dari bawah tanah. Kambing itu mengembik sekali, "Mbek.."
"Lho?" Itachi nunjuk Kuchiyose Kedua. "Tadi katanya nggak ada Kuchiyose Kambing?"
"Main gundu sampe meriang, lain dulu lain sekarang!Jurus Bau
Empat Ketek Kambing!" teriak Hiruzen dengan semangat membara. Dari
ketiak kambingnya, keluarlah gas beracun berwarna ungu. Baunya sangat
menyengat.
Seraya menutup hidung, Itachi mengeluarkan jurus andalannya, "Amaterasu.."
Bwuush...
Jadilah Kambing Panggang ala Itachi. Si Kambing Panggang langsung tumbang dengan posisi kaki di atas.
"Kambingku!" seru Hiruzen. "Huhuhu... Kambingku... Kenapa kau
meninggalkanku? Huhuhu... Tenang, aku akan membalaskan dendammu, wahai
Kambing!" Hiruzen membuat beberapa segel dengan cepat.
Itachi tak mau ketinggalan, ia juga membuat segel dengan kecepatan yang
lebih tinggi. "Heaaahh! Ciaat! Watatauu!" Itachi menyerang lawannya
tanpa ampun. Hiruzen tepar di tanah. Tapi ia segera berdiri. Dengan
cakra melapisi tangannya, sang calon Hokage membuahkan bogem mentah di
wajah Itachi.
Duaaggh!
Itachi tak menduga akan mendapat serangan balasan. Itachi terlempar tujuh meter dari posisinya.
"Sharingan."
Kini mata Itachi mampu membaca gerakan lawan. Saat Sarutobi membuat
hujan shuriken, Itachi dapat menghindar dengan memperkirakan arah jatuh
shuriken.
"Amaterasu.." Itachi memusatkan penglihatan ke arah Hiruzen. Hiruzen
yang menyadari Itachi akan mengeluarkan Amaterasu, segera menghindar ke
samping. Serangan Itachi dapat dihindarinya. Kalau telat sepersekon
saja, matilah ia.
Itachi ogah bertarung lama-lama. Apalagi lawannya beneran gaje, ngaco dari
karakter aslinya. Plis deh, shinobi sekeren dia, seganteng dia, seseksi
dia, melawan seekor juragan kambing yang pikirannya mulai teracuni
ternaknya sendiri? Dikeluarkannya jurus yang ia ketahui adalah jurus
kelemahan Hiruzen. "Oiroke no Jutsu!"
POOFF!
Seorang gadis berambut hitam halus, dengan mata yang menggoda, lekuk
tubuh yang astaganaga, plus senyum yang menawan mengedipkan mata ke arah
Hiruzen. Hiruzen langsung tepar nosebleed parah. Yah, meskipun sudah
tua tapi tetap saja si Hiruzen ini suka yang gitu-gituan. Jenggot
putihnya telah ternodai darahnya sendiri.
"Hahaha, nggak sia-sia aku belajar Oiroke sama temennya Sasu-chan, si
Naruto itu. Ternyata mudah sekali mengalahkan Hiruzen, huahahaha!"
Itachi ketawa-ketawa penuh kemenangan.
"Uchiha Itachi menang! (ohok)" seru Hayate. Penonton kembali
mengelu-elukan nama Itachi. Di bangku VVIP, Sasuke nangis-nangis haru
sambil meluk kemoceng, Mikoto ngalirin air mata, Fugaku ketawa menang
taruhan dari Tsunade. Setelahnya, level Itachi naik ke Chuunin. Chuunin
terbaik dari keseluruhan peserta yang lolos. Once again, Itachi is
perfect!
Jounin
Sasuke sudah tujuh tahun. Saatnya ia masuk SD. Nggak tanggung-tanggung,
Mikoto dan Fugaku membelikan Sasuke alat tulis terbaik. Pensilnya merek
Peber Kestel, tasnya Bila-bolong, sepatunya merek Batu Bata episode
terbaru, mewah deh pokoknya! Itachi? Hah! Dia disuruh ortunya pake yang
lama aja.
"Kaa-san, sepatuku udah nganga nih..." Itachi menunjukkan sepatu
hitamnya yang emang udah nganga kayak buaya. "Beliin yang baru, ya?"
"Aduh, Kaa-san nggak ada duit nih. Pakai dulu yang lama, ya?" jawab
Mikoto nggak acuh. Itachi tak menyerah, ia membujuk Fugaku untuk
membelikannya sepatu baru. Apa jawab Fugaku?
"Sepatumu itu masih bagus, Itachi! Pakai saja!"
Itachi menahan air mata aligatornya. Sepatu butut gitu, jempolnya yang
kudisan bakal mudah dilihat orang. Bubar sekejap deh fansclub dia.
Itachi keluar dari ruang keluarga dengan kepala tertunduk kayak
mengheningkan cipta. Saat Itachi keluar, Sasuke masuk. Sayup-sayup
Itachi mendengar pembicaraan mereka.
"Kaa-san, sepatu Sasuke udah kotor nih kena lumpur, dicipratin Karin
anak sebelah!" adu Sasuke. Mikoto dan Fugaku malah heboh sendiri, "Apa?
Kotor kena lumpur? Bang*at itu emang si Karin, sepatu baru Sasuke
dicipratin! Ayo, kita pergi beli sepatu baru, Sasu-chan! Cepat
beres-beres!"
Itachi nangis sambil mengais-ngais tanah (emang ayam, nyari cacing?).
Sepatu Sasuke, yang cuma jorok kena lumpur, yang bisa dicuci, yang
harganya dua ratus ribu, yang mengkilap itu, jauh diutamakan daripada
sepatunya yang udah lusuh plus nganga minta makan ini? Terbuat dari apa
logika orang tuanya? Jelas sepatu Itachi yang harus lebih diutamakan, ya
kan?
Itachi berkemas kilat. Ia memasukkan sepasang kaos dan celana, boxer
merah lope-lope, biskuit crackers sebagai ransumnya, satu botol besar
air mineral, dan tak lupa... krim anti keriputnya. Konon, krim yang
Itachi pakai lebih mahal dari krim Mikoto.
"Selamat tinggal, keluarga Uchiha..." Itachi menoleh ke belakang,
berharap ada yang mencegahnya pergi. Tapi semuanya cuek melihat Itachi
bawa koper besar kayak mau ke naik haji tiga bulan. Melihat itu, Itachi
makin sakit hati. Dia mau kabur pun tak ada yang peduli. Akhirnya ia
memutuskan untuk membunuh keluarganya yang tak lagi perhatian.
"Pertama, aku mau bunuh si ini... terus anu.. Habis bunuh si jelek itu,
mau bunuh Tou-san. Trus, bunuh Kaa-san nggak ya? Ah bunuh aja lah,
hitung-hitung nambah dosa kan lumayan. Terakhir, baru bunuh Sasu-chan!
Khuahahaha!" Itachi tertawa jahat. "Tapi, kan nggak mungkin bunuh semua,
aku butuh bantuan nih. Siapa, ya?" Itachi mengedarkan pandangannya
sekeliling. Jelas tidak ada siapa-siapa, karena ini sudah di luar area
Konoha, tepatnya di pinggiran hutan.
Kedua bola mata Itachi menemukan seorang bapak tua dengan keriput
berlapis sedang memanjat pohon. Di atas pohon, bapak tersebut
mengarahkan teropong saktinya ke arah pemandian wanita sekitar 20 meter
dari sana. Wajahnya yang semula keriput seketika berubah menjadi bak
anak remaja. Mukanya merah dan nyengir mesum. Di bawah pohon, terdapat
banyak gumpalan tisu dengan bekas darah. Itachi menduga darah itu adalah
darah mimisannya.
"Woi, ngapain lo situ?" teriak Itachi. "Lo ngintipin cewek mandi, ya!"
Bapak itu terkejut, dan teropong yang sedari tadi dia pegang terjatuh.
"Sssstt!" bisiknya. "Jangan bilang siapa-siapa! Lo mau apa sih?"
"Gua mau..." Itachi berhenti sejenak. "Ikutan ngintip." GUBRAK!
"Boleh, boleh. Jadi bagus malah gua dapat teman seperjuangan. Sini,
naik!" ajak bapak tersebut. Itachi tersenyum licik lalu berteriak
sekuatnya, "Woooi, ada bapak ngintip cewek mandi! Wei, wei, sini semua,
ada bapak-bapak bejat di sini!"
Bapak tersebut melompat dari pohon kemudian membekap Itachi dengan gumpalan kaus kakinya. "Diam lo!"
"Hmpph! Hmmpph!"
Karena iba, Bapak itu pun melepaskan gumpalan busuk itu. "Siapa lo,
ngatain gua ngintip cewe mandi? Fitnah itu, fitnah lebih kejam daripada
pencopetan!"
Itachi muntah-muntah dulu satu baskom sebelum menjawab, "Gua Uchiha
Itachi, dari Konoha. Lo siapa? Udah tua, keriputan, jelek lagi, nyari
dosa ngintip cewe mandi."
"Uchiha?" kata Bapak itu kaget. "Wah, kalo gitu kita sodaraan, Nak."
"Sodara, jidatmu sodara! Sodaraku nggak ada yang mesum kayak kamu! Lagian apaan manggil 'Nak'? Aku bukan anakmu!"
"Apa kau tahu siapa aku?" tanya si Bapak Tua dengan nada bangga. "Akulah
Uchiha Madara... Uchiha Madara yang dulunya melawan Hokage Pertama,
ganteng, cute, tajir, six pack..."
"... tapi sekarang jelek, amit-amit, compang-camping, kerempeng," potong
Itachi. Madara masang wajah masam. Lalu Itachi tersadar, "Eh, k.. kau..
Madara Uchiha?"
"Yap."
"Uchiha Madara? Madara Uchiha? Madara Uchiha Madara? Uchiha Madara Uchiha?"
"Sama aja bengak!" teriak Madara. "Apaan sih, kok kayaknya seneng banget?"
Itachi agak heran juga. Madara, menurut sejarah, seharusnya sudah
berusia lebih dari 100 tahun. Tapi kenapa penampilannya seperti masih 50
tahun? Ketika Itachi menanyakannya, Madara berkata, "Aku kan pakai krim
anti aging..."
"Tapi kayaknya nggak mempan, tuh." Itachi menunjuk beberapa keriput Madara.
"Ah, yang penting aku awet muda."
Setelah berbasa-basi yang emang basi sejenak, Itachi memancing Madara
untuk membantunya membunuh Uchiha. "Madara-sama, kenapa kabur dari
Konoha?"
"Karena Konoha menghianatiku... Klan Uchiha juga tak percaya padaku.
Jadi lebih baik aku jadi missing-nin seperti ini," jawab Madara.
"Madara-sama dendam nggak sama klan?"
"Banget!" seru Madara berapi-api. "Uchiha nggak percayai aku, yang
notabene adalah anggota terhormat Uchiha! Sakit hati banget nggak sih,
disangsiin kayak gitu?"
Itachi mengangguk setuju, "Iya, aku juga dendam sama Uchiha, apalagi
keluargaku." Itachi menceritakan asal muasalnya kabur dari rumah. Madara
terlihat kasihan, dan akhirnya mereka menangis bersama menyesali nasib
terlahir dalam Uchiha. Jauh di lubuk hati, Itachi tertawa, 'Target
termakan umpan... khekhekhe..'
"Madara-sama, kita balas dendam yuk! Kita bunuhin semua klan Uchiha, trus kita kabur!" ajak Itachi.
Madara nyengir, "Wah, pas sekali. Aku emang lagi nyari partner buat bunuh klan. Tak diduga partnernya cucuku sendiri."
Kemudian Madara dan Itachi tos-tosan. Akhirnya ditetapkanlah hari
pembunuhan klan Uchiha. Mereka akan membantai pada malam hari, biar
keren. Superhero kan juga sering keluar malam-malam, kayak Batman,
Kalongman, juga Kelelawarman. Itachi mengatakan pada Madara bahwa
keluarganya harus ia sendiri yang membunuh. Madara setuju.
Hari yang telah ditentukan. Desa Konoha. 08.30 PM.
Sasuke berlari menuju rumahnya, "Hosh, hosh. Gara-gara latihan tadi aku
jadi lupa waktu..." gumamnya. Sasuke memutar kenop pintu, tapi terdengar
suara dari rumahnya.
"Sasuke, jangan masuk!" seru Mikoto dari dalam rumah. Lalu senyap.
Sasuke memberanikan diri untuk masuk. Dan, disanalah ia, kakaknya Uchiha
Itachi sedang berdiri dikelilingi mayat Uchiha.Dengan pakaian serba gelap plus
sarung buat nyolong ayam tetangga . Itachi menoleh dan mendapati
adiknya gemeteran takut. Itachi berkata ringan, "Kalo sesak pipis kamar
mandinya di sana, Sasuke." Itachi menunjuk toilet.
Sasuke tak bergeming. Ia tetap berdiri gemeteran. "Kenapa? Kenapa Aniki membunuh Kaa-san dan Tou-san?"
Itachi tak menjawab. Ia melompat keluar jendela dan jongkok terbalik di
kabel listrik kayak idolanya Batman dan Kalongman. Kelelawarman mah
nggak keren, makanya Itachi nggak idolain dia.
"Aniki!" teriak Sasuke di bawah tiang listrik. "Kenapa Aniki membunuh semua orang!"
Itachi melompat turun. "Adikku yang bodoh... Menangislah, tak akan ada
lagi mami atau Papi-mu tersayang yang akan membelikanmu balon."
Sasuke nangis, "Aniki.. Aniki jahat.. Aku benci Aniki! Aku akan
membunuhmu!" Sasuke memungut tiga buah kunai dan melemparnya ke arah
Itachi. Syuuut.. bola mata Itachi berubah. Bukan Sharingan, ini
Mangekyou Sharingan.
"Sharingan.. apa itu?" bisik Sasuke ke dirinya sendiri.
"Kalau kau mau membunuhku, Sasuke," Itachi milin-milin rambutnya santai.
"Maka membencilah, mendendamlah. Lalu, dapatkan bola mata yang sama
denganku dan datanglah padaku."
Kaki Sasuke makin gemeteran. Matanya bercermin-cermin (bosan berkaca-kaca). "Hiks.. hiks..."
"Larilah.. Larilah, Sasuke," kata Itachi. "Lari, teriak, dan kejarlah. Kejarlah... Kejar Abang Rujak itu Sasuke! Aku mau beli!"
Sasuke sweatdrop. Kenapa jadi meleset sama cerita aslinya, nih? Terpaksa, Sasuke manggil rujak yang kebetulan lewat.
"Sasu-chan mau rujak?" tawar Itachi saat rujaknya telah siap.
Sasuke menggeleng. Takut.
"Oh, ya sudah. Itadakimasu!" Itachi makan rujak ekstra pedasnya dengan
lahap. Tiga menit kemudian, piring Itachi ludes. "Sssh.. ssh..
(kepedesan) Berapa nih Bang?" tanya Itachi ke penjual rujak bercadar.
"Delapan puluh rebu aja, udah diskon dua puluh persen," jawab Si Penjual
Rujak Bercadar Bermata Hijau dengan kaos bertuliskan MONKEY IS MY WIFE.
Pada tahukan siapa?
"Ett... dah! Rujak apaan nih, delapan puluh ribu?" elak itachi nggak mau bayar.
"Bayar, atau, mati," ancam Penjual Rujak.
Itachi melangkah pergi. "Sasuke, bayar uangnya. Aku cuma punya goceng.."
kata Itachi, lalu menjauh. Sasuke terdiam, tak mampu menolak. Setelah
beberapa langkah, Itachi menoleh.
Sasuke's PoV
Baka aniki itu menoleh, dan dia nangis? Tidak, tidak, aku pasti salah
lihat. Kalau beneran nangis, apa Aniki nangis karena menyesal udah bunuh
Kaa-san dan Tou-san?
End of Sasuke's PoV
Yang Sasuke tak tahu, Itachi menangis bukan karena menyesal sudah
membantai Uchiha. Tapi karena kepedesan sama kuah rujaknya! Sasuke, kau
tertipu!
"Dek," si Penjual Rujak menepuk bahu Sasuke. "Uangnya, 80.000."
Sasuke dengan tak rela merogoh dompet dan menyodorkan sejumlah uang. Si
Penjual Rujak tampak sangat gembira. Matanya menghijau, lagi. "Makasih,
Dek! Kapan kapan beli lagi, yak!" Penjual Rujak tersebut segera
mendorong gerobaknya pergi.
Sasuke mengepalkan tangannya marah. "Aniki, aku akan membunuhmu. Aku
dendam padamu, terutama karena rujakmu telah menghabiskan uang jajan
seminggu!"
Akatsuki
Setelah membantai klannya, Uchiha Itachi adalah sosok yang paling
dicari. Untuk menghindari kejaran para Anbu, Itachi selalu hidup
berpindah-pindah tempat. Ia jarang sekali menginap di motel. Lebih
sering ia tidur di pinggiran sungai. Mandi, minum, mencuci baju, ya di
sungai tersebut. Dikarenakan Itachi cuma bawa boxer satu, jadi dia
nunggu pakaiannya kering di semak-semak. Kenapa di semak-semak? Soalnya
dia lagi telanjang, kalo ada yang lihat mampuslah ia.
*Readers: Kok tahu Itachi telanjang?*
*Author: Kan udah pernah lihat... –digebuk massa-*
"Cih, panasnya..." keluh Itachi sambil berjalan (udah pake baju!).
Jalannya terseok-seok. Selain dehidrasi, Itachi juga kelaparan. Setelah
berjalan sejauh tiga kilometer, Itachi sampai di sebuah perkampungan
kecil. Itachi segera pergi ke pasar.
Pasar tidak terlalu ramai. Dengan uang 3000 rupiah terakhirnya, Itachi
melangkah menuju kedai es doger terdekat. Seketika, bertukarlah uang
Itachi dengan satu plastik es doger (Author jadi haus, lagi puasa...
–dicincang karena mengganggu cerita-)
"Eh? Ya... Habis.." Itachi membuang plastiknya ke tempat sampah. "Cih,
kok masih panas, sih?" gerutu Itachi. "Jadi pengen beli topi, atau
payung... Topi yang lebar biar nggak item. Sunblock-ku udah habis, sih."
Itachi berniat mencari sungai terdekat untuk, ya, biasalah. Mandi, jemur
baju, naked... *Readers dan Author nosebleed* "Nyesal tadi ga beli topi
aja, kalo aer mah di comberan juga banyak..." kata Itachi.
Di gerbang pasar, Itachi melihat seorang kakek yang saaaaaangat tua,
bungkuk lagi, pake caping lebar. Itachi mendecih lagi, "Cih, kakek itu
beruntung banget punya topi lebar keren gitu."
Si Kakek Bongkok merasa dipanggil seseorang dan menoleh, "Kenapa sih?"
Itachi salah tingkah, "Eh, eh, nggak. Cuma iri sama topi Kakek aja.
Keren lho," puji Itachi tulus dari dompet yang terdalam -cuih.
"Oh, ini." Si Kakek melepaskan caping dengan ekor besinya. "Ini udah sepaket sama jubah ini. Dua-duanya Starter Kit Akatsuki."
Itachi melirik jubah motif awan si Kakek. "Jubahnya nggak keren. Yang
keren topinya, aku butuh topi kayak gitu buat melindungi rambutku yang
berkilau ini!" Itachi mengibaskan rambutnya dan terpaan sinar matahari
pun membuatnya semakin bersinar.
"Mau nih topi ginian?" tanya Kakek itu. Itachi mengangguk, "Tapi aku nggak punya uang..."
"He... Kamu missing-nin, ya?"
"Iya, dari Konoha. Namaku Uchiha Itachi."
"Aku Sasori, Master Kugutsu. Missing-nin dari Suna." Sasori membuka
kugutsunya dan tampaklah seorang pemuda cute dengan kulit bersih
bersinar. Wah, saingan tokoh utama kita, nih.
Itachi mengelus-ngelus topi anyaman Sasori, "Eh, boleh nggak minta topimu?"
"Nggak!" ketus Sasori sambil menjauhkan topi tersebut dari tangan Itachi. "Kalo mau, gabung dong sama Akatsuki!"
"Apaan tuh Akatsuki?" tanya Itachi. Sasori memberitempe, "Akatsuki itu
nama organisasi missing-nin. Anggotanya jago-jago, lho. Ya kayak aku
ini."(Kenyataan sebenarnya:Akatsuki adalah organisasi ninja paling kere' dan yahudi sedunia)
"Kamu jagonya apa?" tanya Itachi ingin tahu.
"Aku ahli Kugutsu. Koleksiku banyak, lho. Gudangnya SBY mungkin masih
nggak muat nampung," jawab Sasori bangga. "Eh, kamu Uchiha Itachi yang
ngebantai klannya sendiri, ya?"
"Iya. Makanya aku jadi missing-nin."
"Wah, kebetulan!" Sasori terlihat senang. "Akatsuki emang lagi nyari anggota. Gabung ya? Kan kamu missing-nin."
"Ogah," tolak Itachi tegas.
"Nanti dapat topi kayak gini looo, lumayan kan buat melindungi rambutmu?" rayu Sasori.
"Enng... gimana ya?" Itachi mulai ragu-ragu.
"Nanti juga dapat kamar sendiri di markas Akatsuki, trus dikasih makan, gratis. Gabung ya?" bujuk Sasori.
Karena diiming-imingi tempat tinggal, makan, dan TOPI LEBAR dengan
umbai-umbai putih panjang, Itachi dengan sukarela bergabung ke Akatsuki.
Kemanapun Itachi keluar markas, Itachi tidak pernah melupakan topi
anyaman kesayangannya. Ya, topi itulah alasan utamanya bergabung di
Akatsuki. Topi yang mirip caping para petani di sawah itu selalu setia
mendampinginya, untuk melindungi rambut kuncir kudanya.
"Eaeaea... Keren juga gua ya, pake topi ginian!" Itachi mematut-matut diri di cermin. "Serasa Edward Cullen waktu
nanam padi!"
Sasori di belakang berbisik sweatdrop ke Pein, "Gimana nih Leader? Jadi nih kita rekrut orang narsis kayak gini?"
Pein balas bisik, "Jadi, jadi. Dia itu missing-nin yang hebat lho. Dia
ahli ninjutsu juga genjutsu." Pein sendiri juga sebenarnya heran,
bagaimana mungkin Tobi a.k.a Madara menyuruhnya merekrut anggota narsis
dan takut keriput begini.
Itulah Itachi Uchiha, anggota Akatsuki yang paling keren. Maka,
berakhirlah riwayat hidup Uchiha Itachi dari Janin sampai Jounin. Memang
dari awal sudah nista, maka semakin tahun semakin nistalah cerita hidup
Itachi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar